AQIDAH DAN AKHLAK
Sumber: PPT kelompok 6 Prodi PGSD mata kuliah Aqidah
A. Pengertian Aqidah dan Akhlak Pengertia aqidah secara etimologis aqidah berakar darikata "aqida-ya'qidu 'aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata "aqdan"dan "aqidah" adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah, antara lain:
1. Menurut Hasan Al-Banna 'Aqaid (bentuk plural dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keraguan-keraguan.
2. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hatiserta diyakini kesehihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
B. Keterkaitannya dengan Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab "akhlaq" Yang erupakan bentuk jamak daru khuluqun, yang artinya penciptaan yang esensinya adalah dorongan halus untuk selalu mencintai kebijakan dan kebenaran atau kepribadian. Secara bahasaterma khuluqun bermakna budi pekerti, prangkai, tingkah laku, dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
C. Hubungan Tsawuf dengan Akhlak Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati. Dalam tasawuf disebutkan bahwa Allah yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.Dalam pendidikan akhlak atau karakter, dimensi yang perlu dipahami adalah individu, sosial, dan moral. Individu dalam pendidikan karakter menyiratkan dihargainya nilai?nilai kebebasan dan tanggung jawab. Nilai-nilai kebebasan inilah yang menjadi prasyarat utama sebuah perilaku moral. Yang menjadi subjek bertindak dan subjek moral adalah individu itu sendiri.
Dari keputusannya bebas bertindak, seseorang menegaskan kebaradaan dirinya sebagai mahluk bermoral. Dari keputusannya tercermin nilai-nilai yang menjadi bagian dari keyakinan hidupnya. Dimensi sosial mengacu pada corak relasional antara individu dengan individu lain, atau dengan lembaga lain yang menjadi cerminan kebebasan individu dalam mengorganisir dirinya sendiri. Kehidupan sosial dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik dan stabil karena ada relasi kekuasaan yang menjamin kebebasan individu yang menjadi anggotanya serta mengekspresikan jalinan relasional antar-individu.
D. Sumber-sumber Akhlak dalam Islam Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan.
E. Tentang Akhlak
1. Akhlak kepada Allah SWT Allah swt. adalah Al-Khaliq (Maha pencipta) dan manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar dan kuat, berkewajiban untuk berakhlak baik kepada Allah Swt. Dengan cara menjaga kemauan dengan meluruskan ubudiyah dengan dasar tauhid, menaati perintah Allah atau bertakwa, ikhlas dalam semua amal, cinta kepada Allah, takut kepada Allah, berdoa dan penuh harapan (raja’) kepada Allah swt.
2. Akhlak terhadap sesama manusia harus dimulai dari akhlak terhadap Rasulullah saw., sebab Rasullah yang paling berhak dicintai, baru dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta kepada Rasul dan memuliakannya, taat kepadanya, serta mengucapkan shalawat dan
Komentar
Posting Komentar